Guru bertanya, “Coba jelaskan tentang penerapan ilmu matematika ini, terhadap kasus ini.”
Murid menjawab, “Hmm, saya kurang tahu bu. Saya tidak berani menjawab, karena saya belum punya ilmu nya.”
Guru kembali bertanya “Apakah kamu tidak pernah mendengar sama sekali tentang cara penerapan ilmu matematika ini terhadap kasus ini?”
Murid menjawab, “Hmm, pernah sih bu. Tapi saya cuman dengar saja, saya belum pernah memelajarinya. Kalau saya jawab, pastilah asal-asalan, dan saya ini jelas-jelas sok tahu, karena saya tidak tahu.”
Guru menjawab “Baiklah, kalau begitu, coba kamu pelajari lagi, karena ilmu itu kamu pakai sehari-hari. Tapi ibu senang denganmu, karena berani mengakui bahwa kamu belum tahu”
—
Seringkali kita takut untuk berbicara ilmu pelajaran yang tidak kita ketahui. Entah itu ilmu matematika, kimia, fisika, geografi, ekonomi, dan banyak ilmu lainnya. Tentu kita takut kalau bicara hal yang tidak kita ketahui, karena kita takut menyampaikan hal yang salah dapat berbahaya.
Tapi nyatanya, banyak dari kita yang terkadang berbicara hal-hal yang belum pernah kita pelajari secara keseluruhan.
Salah satu yang membuat saya jengah akhir-akhir ini, adalah banyaknya rekan-rekan semuslim yang akhirnya berbicara banyak tentang islam. Mulai dari bicara tentang pemilihan pemimpin, tipe orang munafik, menjatuhkan orang, menganggap orang sesat, mengkafirkan orang. Tapi menggunakan argumen seadanya, dan menggunakan penafsiran sebuah ayat yang ditafsirkan sendiri.
Dalam beberapa bulan terakhir, saya baru belajar tentang sirah nabawiyah, atau sejarah nabi. Bagi saya, sejarah itu membosankan, saya tidak menyenanginya, tapi saya berfikir “Bagaimana mungkin orang islam, tidak paham bagaimana dulu lahir”. Akhirnya saya paksakan pelajari.
Tidak disangka, dari sini, saya belajar banyak, terutama belajar bagaimana islam diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh Rasulullah SAW. Mulai dari cara menghadapi orang yang berbeda pandangan (kafir), cara menghadapi permasalahan, contoh orang munafik, cara memimpin, berkeluarga, bersabar, kenapa sebuah ayat bisa turun, dan banyak halnya. Dan saya belajar banyak, bagaimana islam diterapkan sehari-hari, dan ini tidak pernah saya pelajari selama berada di Sekolah Formal.
Setelah belajar har tersebut, saya berfikir, banyak hal yang masih saya belum kuasai. Semakin banyak hal yang belum saya kuasai, semakin saya pun takut untuk berbicara hal yang belum saya ketahui, karena bisa jadi, penafsiran yang salah, atau jawaban yang ngawang, bisa menjadi jawaban yang salah.
Maka kembali pada tulisan ke atas. Penting bagi kita untuk memelajari sebuah hal dulu, hingga tahu seluk-beluknya, hingga tahu sebenar-benarnya, agar kita tidak menjawab dengan sembarangan dan ngawang. Jangan sampai kita berbicara tentang islam sampai berbusa-busa, tapi kita sendiri tidak pernah memelajarinya. Kita hanya pernah mendengar, entah dari siapa, dari mana, dan kapan. Kita hanya bicara, karena malu jika diam, maka dianggap tidak paham.
Kalau kata Dr. Zakir Naik pada sesi di Bandung kemarin. “Jika tidak belajar islam, jangan bicara tentang islam.”
Sungguh, mulut yang baik, adalah yang diam tatkala dia tidak tahu.
Tambahlah ilmu kita. Bukankah Allah memberikan telinga, mata, dan otak pada manusia, agar kita yang lahir dalam kondisi tidak tahu dapat mati dalam kondisi yang tahu?
TAMBAHLAH ILMUMU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar