Selasa, 20 Februari 2018

Salahkah Aku Mencintainya??


Esok, kita akan dijatuhkan dan ditinggikan. Hari ini, kita sedang menjalani sebuah proses dimana jatuh dalam banyak hal di hidup kita adalah hal yang paling berat untuk kita rasakan. Jatuh dari harapan, jatuh dari impian, termasuk jatuh cinta. - Kurniawan Gunadi


Kemarin sore bertemu dengan sahabat saya, kami memang sudah merencanakan pertemuan ini karena katanya ada yang mau di ceritakan. Sudah lama kita memang tidak bertemu, bisa dibilang ada mungkin sampe 1 bulan lebih. Kita susah ketemu berhubung bedanya jadwal libur, dan kesediaanya waktu kita untuk bertemu. Dan persahabatan kita tuh bukan sahabat yang kaya persahabatan orang lain gitu... yang kontekan setiap hari, ketemu tiap minggu apalagi sambil nongkrong-nongkrong cantik. 

Dia membuka pembicaraan 
" Ghin, salah ga sih, perasaan aku kaya gini?" 

Saya tetap diam tak bergeming, sebagai tanda mempersilahkan sahabat saya untuk terus bercerita.

"Setelah beberapa hari kemarin, aku ngerasain hal yang beda dengan perasaanku. Aku ngerasa kalo perasaan aku selama ini itu ga berbalas. Tapi dalam hati selalu yakin dengan perasaan aku yang tidak seharusnya aku turuti ini"

Saya sedikit berkomentar "Prasangka kamu selama akhir-akhir ini itu memang sudah kamu tanyain ke orangnya belum? Kalau kamu yakin kenapa kamu tidak meyakini apa yang kamu yakini?" 

"Udah Ghin, dia juga udah jawab. Aku memang salah dengan prasangka yang aku buat selama ini. Dia ngerti maksud aku, dan aku juga merasakan satu hal yang aku harapkan itu juga terbalas. Cuma, sedikit kecewa diakhir kata dia bilang untuk saat ini  dia ga punya komitmen bahkan dengan orang lain"

Belum saya komentari sahabat saya ini langsung nyambar, menambah komentarnya sendiri. 

"Pas aku tanyain dia nanggepinnya bener-bener ga ada seriusnya sama sekali. Aku kesel dong... Dia berlagak secuek itu" 

Saya tarik nafas panjang berharap saya ga salah ketika mengomentari ini, karna ini berhubungan dengan H-A-T-I (perasaan). Masa dong saat ada yang cerita sedih, terus kita nanggepinnya salah dan buat dia juga tambah sedih.  

"Kalau memang bener ga ada komitmen, kenapa harus di pertahanin?" 

"Kita gabisa terus sedih dengan keputusan orang lain, dan sebenernya kalo kita open minded atau kita menemukan sudut pandang yang baru. Kita bakal menemukan cara pikir yang lain. Kita gabisa nyalahin siapa-siapa karena keputusan ketidak siapannya." 

Pas di bahasan ini karena bahasannya tentang komitmen jadi agak panjang.  

Saya menganalogikan ketika saya berada di posisinya sama.

"Satu yang Saya yakinin, Saya ga berharap untuk saat ini ada yang mau berkomitmen seperti itu ke Saya. Bukan apa-apa, kemarin kan kita tau sendiri kenapa. Tapi, dari situ saya belajar. Bahwa target yang saya buat hanya akan menjadi sebuah target, bukan menjadi sebuah obsesi. Kalaupun melenceng saya pikir masih ada waktu untuk menarik kembali target itu dan memasang target itu kembali."

"Dan juga saya  tidak mau berharap ada yang datang dengan komitmen tapi memang keadaannya belum benar-benar siap. Siap disini berati siap sepenuhnya beserta tanggung jawabnya, siap dan cukup berani mengambil setiap resiko. Saya gamau kalau ini menjadi kecondongan pada keinginan berkomitmen tanpa diiringi pikiran yang jernih" 

 "I don't want to be someone who can not see the good side on the other side. who will always complain about what others do, but not aware that I have not done anything yet."

"Terus menanggapi sikapnya yang cuek, kita kembalikan dengan fitrahnya laki-laki yang selalu langsung mencari solusi ketika mendapat masalah, yang berbeda dengan perempuan ketika punya masalah maka di dipikirkan itu prosesnya. Kalau di ibaratkan laki seperti obatnyamuk itu muternya kedalem, kalo perempuan muternya keluar. Makanya harus ada salah satu yang menurunkan egonya"

Sahabatku menghela nafasnya, dan diam sejenak. 

Kemudian kembali bercerita. 
"Kamu tau ga, di tempat kerjanya dia baik sama perempuan yang lainnya yang ada di sekitaran tempat kerjanya. Aku juga sempet kesel sendiri."

Saya langsung nyambar
"Hei.. tau ga ada yang harus kita siapkan setiap kita menghadapi setiap masalah?"

Sahabat saya langsung menjawab
"Sabar... ikhlas... " 

"Nah itu tau, ada yang harus di besarkan yaitu hati... Ada yang harus di rendahkan namanya Ego
"Intinya ketika kita mencintai orang baik, maka kita juga harus siap menerima bahwa orang baik itu disukai banyak orang termasuk perempuan." Jawab Saya. 

Sahabat saya langsung bertanya lagi dengan semangat. 
"Jadi, Aku salah ga mencintainya? tapi selama aku meminta petunjuk Allah, aku merasa Allah terus menunjukan dia yang terbaik. Dan Allah selalu meluruskan hambanya yang salah. Tapi aku masih di satu pilihan ini."

Saya menerik kembali nafas berharap tidak salah ketika menanggapi. 
"Wallahu'allam itu salah atau benar, Saya bener ga ada hak untuk menjudge kalau ini salah dan itu benar. Cuman, satu yang mungkin bisa jadi hilang, itu "keberkahannya". Setiap selesai sholat, bukannya kita selalu berharap diberikah keberkahan tiap harinya. Tapi kita juga jadi melupakan makna keberkahan itu sendiri karna perbuatan kita sendiri." 

Setelah menyelesaikan percakapan terakhir kami ketawa-ketawa dan ngerasa ada bunyi kruyuk-kruyuk di perut. 


That's the keys, my friend, ketika semua nasihat dari siapapun ditujukan kepada kita, tapi kita tidak bisa menerimanya nnilainya akan tetap sama = kosong. Tapi berbeda, ketika diri kita sendiri yang bersedia merubahnya walaupun hanya dengan setitik nasihat maka itu akan berubah. Karena yang sanggup memotivasi diri kita adalah diri kita sendiri. 

Wallahu'allam bisawab. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar