“The believers who show the most perfect faith are those whose character is excellent and the best of you are those who are the best to his wife” (Tirmidhi)
Beberapa minggu yang lalu, saya sempat berbincang bersama rekan saya. Bahasannya lebih ke bahasan yang random sih. Dan entah kenapa, pertanyaan ini bisa saya sampaikan. Terlebih saya bertanya kepada objek (laki-laki) langsung.
Saya termasuk orang yang suka menerka-nerka tentang bagaimana sih pandangan laki-laki mengenai topik yang biasanya berseliweran di otak saya. Tanpa ragu saya langsung mengajukan pertanyaan saya.
Pertanyaan pertama saya tentang bagaimana pandangannya mengenai kemapanan?
Tidak lama, teman saya ini langsung menjawab, "Mapan itu banyak aspeknya, tergantung bagaimana sudut pandang kita melihatnya. Secara umum, mapan itu cukup atau bahkan lebih secara finansial. Kalau menurut saya mapan itu lebih kepada keteguhannya. Kalau dari segi finansial, ketika segala kebutuhan sudah terkondisikan. Selain itu ada juga kemapanan karakter, yang mana urgensinya lebih tinggi dari pada finansial. Karna ketika laki-laki sudah mempunyai kemapanan karakter maka dia akan merasa percaya bahwa rezeki itu sudah diatur oleh Allah, dan semua sudah ada porsinya masing-masing. Dan ada satu tingkat lagi yaitu mapan secara ilmu, ini bahkan lebih penting dari mapan secara finansial dan karakter. Ini karena kemapanan finansial dan karakter tentu harus juga dibarengi oleh kemapanan ilmu."
Yah, mungkin jawabannya hampir sama dengan pemikiran saya akhir-akhir ini yang mana pandangnnya ga terlalu jauh dan ga terlalu berjarak. Pendapatnya mengenai kemapanan karakter itu sangat jelas, dan untuk seseorang dengan karakter yang baik maka akan menjauhkan seseorang dari prasangka dan ketakukan mengenai rezeki. Bahwa rezeki itu akan dijamin selama dia mau mengusahakan.
Tanpa komentar lagi, saya langsung meminta mengajukan pertanyaan kedua dan langsung disetujui. Lebih memilih menjadi laki-laki sholeh atau suami sholeh?
Pertanyaannya ini mungkin agak rumit dicerna, sampai jawabnnya sedikit terpending. Namun tetap terjawab dengan jawaban yangsedikit panjang "Berhubung saat ini belum menikah, jadi ya masih berusaha menjadi pribadi yang lebih baik di hadapan Allah. Sekiranya diberi kesempatan menjadi seorang suami, atau orang tua maka saya juga akan terus ikhtiar untuk belajar menjadi seorang pemimpin yang terbaik bagi keluarga."
Memang betul sekali, setiap saat kita harus senantiasa memperbaiki diri dihadapan Allah. Baik ketika kita sebelum atau setelah menikah. Terlebih lagi tugas seorang laki-laki itu menjadi pemimpin yang mana harus memiliki niat, kemauan, tekad yang lebih kuat untuk terus belajar, dan berkontribusi.
Mengutip yang disampaikan oleh Kang Firman , seorang Stength Based Family, yang mana beliau mengungkapkan bahwa urusan rumah tangga itu adalah urusan laki-laki. “…, Agenda yang harus disiapkan oleh setiap laki-laki muslim yang akan menikah adalah belajar memimpin dan bertanggung jawab. Karna islam dirancang untuk diamalkan didalam keluarga, bukan kehidupan sendiri. Bahwa islam dirancang untuk hidup dalam keluarga, tidak soliter dan bahwa keluarga adalah urusan laki-laki.”
Dengan ragu, saya kembali meminta pertanyaan tambahan, dan mengatakan bahwa ini adalah pertanyaan terakhir yang saya ajukan. Ketika sudah dipersilahkan saya langsung meberikan pertanyaanya. “Bagaimana tanggapannya mengenai laki-laki yang belajar mengenai pengasuhan? Melihat pandangan masyarakat saat ini menganggap bahwa tugas laki-laki itu untuk mendidik dan peremuan untuk mengasuh. Bagaimana menanggapinya?”
Selang beberapa hari, pertanyaan ini baru selesai dirangkai menjadi sebuah jawaban. Heee…
Intinya, teman saya menjawab “Ketika laki-laki yang belum menikah tentunya ia adalah calon imam, dan apabila dikaitkan tugas manusia adalah belajar, terus belajar dan belajar terus. Apalagi ini kasusnya terjadi kepada imam, maka ia harusnya tahu semua, minimal tahu, lebih baik paham dan langsung bisa action. Sebenarnya tidak semua pengasuhan itu terus di lakukan Ibu, karna pasti Ayah juga ikut andil. Ketika saya mengalami, justru Ayah juga berperan dalam hal pendidikan dan hal lainnya. Yang saya rasakan peranan ayah sangat berpengaruh serta dibarengi oleh pengasuhan ibu. Namun mungkin padangan yang muncul di masyarakat itu mungkin karna ibu lebih sering berada dirumah. Intinya sih mau jadi apapun kita belajar itu harus dijadikan suatu keharusan.”
*termenung sejenak*
Saya kemudian mengakhiri dengan ucapan terima kasih atas jawaban-jawaban supernya dan semoga ini membantu membuka sudut pandang saya. Yang pasti tidak membuat perntanyaan tanpa jawaban untuk berseliweran di isi otak saya.
Dari sekian panjang dan beratnya bahasan random ini saya ingin sedikit menyimpulkan, setiap perempuan pasti memiliki kriteria tentang calon suaminya. Maka pilihlah lelaki yang langka, karena dari sekian banyak tipikal laki-laki, carilah laki-laki yang sholatnya tepat waktu dan rajin ke mesjid. Bersyukurlah karena itu laki-laki yang sangat langka. Sungguh sangat langka. Selain itu juga pilihlah laki-laki yang sudah memiliki kemapanan karakter. Yang mana lelaki dengan type seperti ini akan menyerahkan urusan rezeki hanya kepada Allah. Tapi jangan heran ketika ada lelaki yang mengatakan “Aku belum siap, finansialku belum cukup”. Percayalah memang begitu laki-laki pada umumnya. Karna mereka hanya ingin memastikan semua baik sejak awal.
Tetapi bagi para lelaki, ada juga pesan dan jeritan dari perempuan yang berada di samping saya saat ini katanya jangan terlalu fokus akan mempersiapkan kemapanan secara finasial. Karena pada dasarnya perempuan tidak terlalu melihat bahwa kemapanan adalah suatu keharusan. Akan tetapi kami hanya menilainya sebagai bukti kesiapan. Tidak penting berpenghasilan tetap, yang perting tetap berpenghasilan. Karena ketika sudah mempunyai kemapanan karakter maka ia akan tahu tanggung jawabnya dimana.
And the last one, percayalah bahwa Allah akan memberikan manusia terbaik sebagai pasangan hidup anda.
Selamat menemukan 😁
Saya termasuk orang yang suka menerka-nerka tentang bagaimana sih pandangan laki-laki mengenai topik yang biasanya berseliweran di otak saya. Tanpa ragu saya langsung mengajukan pertanyaan saya.
Pertanyaan pertama saya tentang bagaimana pandangannya mengenai kemapanan?
Tidak lama, teman saya ini langsung menjawab, "Mapan itu banyak aspeknya, tergantung bagaimana sudut pandang kita melihatnya. Secara umum, mapan itu cukup atau bahkan lebih secara finansial. Kalau menurut saya mapan itu lebih kepada keteguhannya. Kalau dari segi finansial, ketika segala kebutuhan sudah terkondisikan. Selain itu ada juga kemapanan karakter, yang mana urgensinya lebih tinggi dari pada finansial. Karna ketika laki-laki sudah mempunyai kemapanan karakter maka dia akan merasa percaya bahwa rezeki itu sudah diatur oleh Allah, dan semua sudah ada porsinya masing-masing. Dan ada satu tingkat lagi yaitu mapan secara ilmu, ini bahkan lebih penting dari mapan secara finansial dan karakter. Ini karena kemapanan finansial dan karakter tentu harus juga dibarengi oleh kemapanan ilmu."
Yah, mungkin jawabannya hampir sama dengan pemikiran saya akhir-akhir ini yang mana pandangnnya ga terlalu jauh dan ga terlalu berjarak. Pendapatnya mengenai kemapanan karakter itu sangat jelas, dan untuk seseorang dengan karakter yang baik maka akan menjauhkan seseorang dari prasangka dan ketakukan mengenai rezeki. Bahwa rezeki itu akan dijamin selama dia mau mengusahakan.
Tanpa komentar lagi, saya langsung meminta mengajukan pertanyaan kedua dan langsung disetujui. Lebih memilih menjadi laki-laki sholeh atau suami sholeh?
Pertanyaannya ini mungkin agak rumit dicerna, sampai jawabnnya sedikit terpending. Namun tetap terjawab dengan jawaban yang
Memang betul sekali, setiap saat kita harus senantiasa memperbaiki diri dihadapan Allah. Baik ketika kita sebelum atau setelah menikah. Terlebih lagi tugas seorang laki-laki itu menjadi pemimpin yang mana harus memiliki niat, kemauan, tekad yang lebih kuat untuk terus belajar, dan berkontribusi.
Mengutip yang disampaikan oleh Kang Firman , seorang Stength Based Family, yang mana beliau mengungkapkan bahwa urusan rumah tangga itu adalah urusan laki-laki. “…, Agenda yang harus disiapkan oleh setiap laki-laki muslim yang akan menikah adalah belajar memimpin dan bertanggung jawab. Karna islam dirancang untuk diamalkan didalam keluarga, bukan kehidupan sendiri. Bahwa islam dirancang untuk hidup dalam keluarga, tidak soliter dan bahwa keluarga adalah urusan laki-laki.”
Dengan ragu, saya kembali meminta pertanyaan tambahan, dan mengatakan bahwa ini adalah pertanyaan terakhir yang saya ajukan. Ketika sudah dipersilahkan saya langsung meberikan pertanyaanya. “Bagaimana tanggapannya mengenai laki-laki yang belajar mengenai pengasuhan? Melihat pandangan masyarakat saat ini menganggap bahwa tugas laki-laki itu untuk mendidik dan peremuan untuk mengasuh. Bagaimana menanggapinya?”
Selang beberapa hari, pertanyaan ini baru selesai dirangkai menjadi sebuah jawaban. Heee…
Intinya, teman saya menjawab “Ketika laki-laki yang belum menikah tentunya ia adalah calon imam, dan apabila dikaitkan tugas manusia adalah belajar, terus belajar dan belajar terus. Apalagi ini kasusnya terjadi kepada imam, maka ia harusnya tahu semua, minimal tahu, lebih baik paham dan langsung bisa action. Sebenarnya tidak semua pengasuhan itu terus di lakukan Ibu, karna pasti Ayah juga ikut andil. Ketika saya mengalami, justru Ayah juga berperan dalam hal pendidikan dan hal lainnya. Yang saya rasakan peranan ayah sangat berpengaruh serta dibarengi oleh pengasuhan ibu. Namun mungkin padangan yang muncul di masyarakat itu mungkin karna ibu lebih sering berada dirumah. Intinya sih mau jadi apapun kita belajar itu harus dijadikan suatu keharusan.”
*termenung sejenak*
Saya kemudian mengakhiri dengan ucapan terima kasih atas jawaban-jawaban supernya dan semoga ini membantu membuka sudut pandang saya. Yang pasti tidak membuat perntanyaan tanpa jawaban untuk berseliweran di isi otak saya.
Dari sekian panjang dan beratnya bahasan random ini saya ingin sedikit menyimpulkan, setiap perempuan pasti memiliki kriteria tentang calon suaminya. Maka pilihlah lelaki yang langka, karena dari sekian banyak tipikal laki-laki, carilah laki-laki yang sholatnya tepat waktu dan rajin ke mesjid. Bersyukurlah karena itu laki-laki yang sangat langka. Sungguh sangat langka. Selain itu juga pilihlah laki-laki yang sudah memiliki kemapanan karakter. Yang mana lelaki dengan type seperti ini akan menyerahkan urusan rezeki hanya kepada Allah. Tapi jangan heran ketika ada lelaki yang mengatakan “Aku belum siap, finansialku belum cukup”. Percayalah memang begitu laki-laki pada umumnya. Karna mereka hanya ingin memastikan semua baik sejak awal.
Tetapi bagi para lelaki, ada juga pesan dan jeritan dari perempuan yang berada di samping saya saat ini katanya jangan terlalu fokus akan mempersiapkan kemapanan secara finasial. Karena pada dasarnya perempuan tidak terlalu melihat bahwa kemapanan adalah suatu keharusan. Akan tetapi kami hanya menilainya sebagai bukti kesiapan. Tidak penting berpenghasilan tetap, yang perting tetap berpenghasilan. Karena ketika sudah mempunyai kemapanan karakter maka ia akan tahu tanggung jawabnya dimana.
And the last one, percayalah bahwa Allah akan memberikan manusia terbaik sebagai pasangan hidup anda.
Selamat menemukan 😁
Wallahu'alam bishawab.

