Senin, 12 Juni 2017

Review: Kajian Kemuslimahan "Mengelola Hati" #1

15.06 0 Comments
Assalamu'alaikum Sahabat fillah.

Eh iya, jadi kemarin Sabtu saya gabung ke grup whatsapp kajian bersama teh Dewi Nur Aisyah. Tau kan teh Dewi itu yang mana?? itu loh yang penerima Beasiswa Presiden RI, PhD Student at University College London, Penulis, dan seorang wondermom. Anaknya Teh Dewi itu lucu banget namanya Najwa, Teh dewi sering bilang kalo Najwa itu My Best Friend Forever. Masyaa Allah, luar biasa pokonya seorang Mahasiswa S3 yang konsentrasi infectious disease epidemiology and population health sekaligus seorang ibu.

foto diambil saat Najwa ulang tahun ke 4

Tuh kannn ...
My Role Model hee.. siapa tau saya di amanahi bisa kuliah sekaligus menjadi ibu rumah tangga :) wkwkwk... aamiin :)

Teh Dewi ini seorang epidemologist, dengan segudang aktivitasnya di dunia akademisi,  yang  tidak menyurutkan langkahnya untuk terus mendidik dan membesarkan anak, membangun keluarga yang samara, terus berupaya memberi sebanyak-banyak manfaat bagi bangsa, negara, dan agama.

Terketuklah  rasanya semua pintu semangat untuk terus menebar kebermanfaatan, hihii.. 
oh ya saya akan merefleksi materi yang teh Dewi kasih pas Kajian hari minggu :) Tapi gaya-gayaan pisan yah so soan re-refleksian. 

Tema kajian sore kemarin adalah Mengelola Hati  tsaaahhh... 
Islam datang memuliakan wanita, di saat kedudukannya di peradaban dahulu begitu rendah dan hina. Islam datang membawa cahaya, menggaris bawahi peran wanita dan keutamaannya. Maka bisa kita dengar Rasulullaah bersabda akan perhiasan terbaik di dunia, serta kriteria wanita yg paling baik di hadapan Allah.
Kita mungkin sering dengerkan kata-kata kalau perempuan itu perhiasan dunia, mau banget kan jadi sebaik-baik perempuan?
Hmmm.. sebelum kita pergi kesana kita harus paham terlebih dulu bagaimana Islam memuliakan seorang perempuan

Memang seperti apa Islam memuliakan perempuan?? tanya seseorang disebrang tempat duduk saya sore itu. 

Kemuliaannya, akan bergantung sejauh mana kita mampu memelihara pandangan, lisan, dan akhlaq yang senantiasa dalam kebaikan. Terus bukannya  kelak nanti anak-anak kita akan 3 kali lebih menyayangi Ibu dari pada Ayahnya. Tapi kita jangan berpikir kalau perempuan lebih tinggi derajatnya di banding laki-laki. Atau lebih “menguntungkan” kedudukannya. Sahabat Fillah.. sesungguhnya laki-laki maupun perempuan kedudukannya sama di mata Rabb-nya, hanya taqwa yg menjadi pembeda...

Tapi sahabat Fillah percaya ga kalau perempuan itu ISTIMEWA?

*saya percaya ko perempuan ISTIMEWA, tp saya belum bisa belajar seutuhnya menjadi perempuan ISTIMEWA* Uhukkk... 
Jadi ada beberapa kebiasaan perempuan yang bisa dibilang sebagai mahluk ISTIMEWA, contohnya 
1.      Lebih suka di perhatikan. Uhukk
2.      Lebih mengedepankan perasaan
3.      Mempunyai kecerdasan Intelektual (dibaca: cerewet) *eh
4.      Kecerdasan anak biasanya diturunkan oleh ibu, sedangkan akhlaq oleh sang ayah.
5.      Lebih sabar
6.      Multi Tasking

Nahhh.. itu dia ke- ISTIMEWAAN perempuan. >,<
Tapi kita juga tidak boleh lupa, nasihat Baginda Muhammad SAW.
wanita itu memang berasal dr tulang rusuk yg bengkok, itulah sebabnya para lelaki diminta untuk berlaku baik kpd wanita (asiik). Tak heran kadang kalau sudah PMS, bisa esmosi jiwa, sensitif yg luar biasa, hihi…  Semoga Allah karuniakan pasangan hidup yg bisa bersabar dan mau memuliakan wanita ya…
Sekarang masuk ke perkara utama. Kalau memang wanita itu “bengkok”, bagaimana dgn perkara mengelola hati baginya? Dan satu hal yg bisa jadi perkara besar untuk wanita, iya.. itu adalah CINTA. Maklum wanita itu lebih mengutamakan perasaannya, saat benih2 cinta mau tumbuh, bisa jd bikin wanita pusing kepala. Upsss, benarkah?
Sebenarnya fenomena jatuh cinta itu ada penjelasan ilmiahnya..                                               
Ternyata eh ternyata, perasaan senang, melayang, dan berbunga-bunga ini bisa dijelaskan dengan zat-zat kimia yang dikeluarkan oleh otak kita. Lho, emang iya? Iya, otak kamu itu adalah tempat bercokolnya semua perasaan dan emosimu. Otak itu jualah yang mengirimkan sinyal ke tubuhmu dan membuatmu merasakan semangat dan pahit manisnya “jatuh cinta”. Perasaan senang, bahagia, deg-degan, posesif, obsesif, patah hati sampai frustrasi.

Terus terus gimana.. kalau kita merasa ada sesuatu yg membuat hati resah, maka tanyakan lg pada hatimu, itu berasal dari setan atau bukan. Karena sesuatu yg tidak baik pasti akan dikenali hati, entah merasa tidak nyaman atau merasa bersalah...                       
Tips lain dari Ibnu Mas'ud adalah mengingat kejelekan2 orang yg kita merasa jatuh cinta padanya. Dan pesan lainnya adalah,  kalau menyukai, jangan terlalu menyukai, kalau membenci jangan terlalu membenci...                                               

Jadi gimana dunk seharusnya antara muslimah dgn cinta?     

Nanti dijawab di postingan selanjutnya  :D                            

***
Mohon maaf jika ada pernyataan saya yang berlainan dengan opini perseorangan. Hanya berharap adanya manfaat dan kebaikan yang bisa disampaikan melalui tulisan ini. Dan Saya hanya perempuan biasa yang selalu di liputi ke khawatiran, dan kecemasan. Saya sedang dalam proses memantaskan diri untuk seperti tulisan yang saya buat.
Wallahu’allam.
Insyaa ALLAH,             






Rabu, 07 Juni 2017

Reaction: Status Darwis Tere Liye

21.23 1 Comments
“The moment we understand that ALLAH SWT.’s decision is always in our best interest, everything will start to make sense” - Dewi Nur Aisyah




Malam ini, insyaa ALLAH SWT. hari ke 12  bulan Ramadhan. Tidak seperti biasanya Saya terbangun pukul 02.00 wib, biasanya Saya bangun jam 2.30 atau jam 03.00 WIB. (kalo lagi males). Tp mungkin efek sebelum tidur saya berniat bangun lebih awal. (wkwkwk..) Mau ngapain??? Kepo banget siih :)

Kebiasaan buruk yang selalu saja dilakukan setiap buka mata, yaitu.. jeng..jeng..jeng.. buka HP. Hufft susah banget keluar dari kebiasaan buka smartphone setelah bangun. Tapi sepertinya tidak untuk malam ini dan seterusnya. aamiin, Insyaa ALLAH SWT.. Kalian saksinya yaa.. wkwkwk :p

Awal buka smartphone, saya langsung mencari aplikasi Instagram. Ntah lah aplikasi ini sedang menjadi primadona. Dan di instagram selalu memperbaharui konten didalamnya mungkin agar para pengguna tidak merasa bosan. Konten terbaru instagram saat ini "story" yang hampir semua pengguna di Instagram menggunakannya. Tapi sepertinya ini bukan hasil ide awal dari Instagram, snap chat sudah lebih awal menggunakan fitur seperti itu. Dan dalam dunia technopreneur melSayakan inovasi sudah menjadi biasa. Lho..lho jadi bahas Instagramnya ini. ckckck..

Jeng.. jeng .. jeng.. saya melihat banyak story pagi itu. Daaaannn... ada satu postingan rekan saya yang isinya repost status milik Tere Liye "Jika dua orang memang benar-benar saling menyukai satu sama lain, itu bukan berarti mereka harus bersama saat ini juga.Tunggulah di waktu yang tepat, saat semua memang sudah siap, maka kebersamaan itu bisa jadi hadiah yg hebat utk orang-orang yang bersabar.
Sementara kalau waktunya belum tiba, sibukkanlah diri untuk terus menjadi lebih baik, bukan dengan melanggar banyak larangan, nilai-nilai agama. Waktu dan jarak akan menyingkap rahasia besarnya, apakah rasa suka itu semakin besar, atau semakin memudar”. Yah , kurang lebih seperti itu lah. hmm..

Betul sekali kunci dari semua yang kita lakukan adalah sabar. Yang dibutuhkan oleh seorang mahluk ALLAH SWT. adalah (ber) SABAR. Karena dengan bersabar dapat terlihat sisi lain seseoang yang mempunyai prinsip yang lurus, serta tujuannya hanya mencari ridho ALLAH SWT. semata. Dan memang hikmah sabar di bulan Ramadhan itu mengajarkan setiap hamba yang mencari ridho ALLAH SWT. semata, telah bisa melapangkan dadanya, menurunkan egonya, melepas ambisi-ambisinya, menjauhkan diri dari ke khawatiran serta juga membuang semua kesedihan yang sedang dialami hari ini atau kemarin. Karena sekali lagi, buah dari kesabaran itu sangat manis.

Hmm,, tapi sepertinya kalau perempuan itu tidak bisa menunggu selamanya, eh bisa deh... eh.. kayanya ga mungkin deh ... kenapa ga mungkin (menggerutu dalam hati??)

"Ya karena perempuan itu butuh namanya kepastian " sahut teman di samping saya.

"Tapi kan kepastian itu tidak datang dengan sendirinya ceceu.." jawab saya sambil menggerutu 

Kepastian kita itu bisa jadi jauh berbeda dengan harapan kita, akan tetapi kepastian memberikan jawaban yang sangat jelas. Apakah pertanyaan tentang kekhawatiran itu memiliki jawaban  "YA" atau "TIDAK". Kekhawatiran itu kita yang membuatnya tumbuh di dalam hati. Karena kita tidak mengetahui kehidupan kita nanti, tapi ada hari ini untuk kita perbaiki agar tidak seburuk hari kemarin.

Eh ko Saya jadi ingat perkataan seorang senior yang mengutip perkataannya Mbak Dewi, katanya laki-laki yang pernah ia temui itu; laki-laki yang jatuh cinta lalu memberanikan diri untuk melamar orang yang ia suka, laki-laki yang jatuh cinta dan nembak ngajak pacaran lalu pergi hmmm..., laki-laki yang jatuh cinta, ga ngajak pacaran, belum berani ngajak nikah, beraninya cuma ngungkapin aja.

Jadi mending yang mana?

"Nomor SATU " jawab saya keras.

"tapi sepertinya kebanyakan laki-laki itu di kriteria TIGA " nyinyir Resti :/

“kalo yang kedua, kayanya rada menyakitkan ya.. soalnya langsung pergi” syalalala :D

Hmmm...
Setiap orang mempunyai alasannya masing-masing ko, kita tidak dibekali oleh ALLAH SWT. untuk bisa membaca isi hati seseorang. Kita hanya manusia  yang mengetahui seseorang dengan apa yang nampak, tidak dengan isi hatinya.  Dan Syukurlah. Isi hati manusia masih rahasia. Seandainya tidak ada lagi rahasia di bumi ini. Tidak akan ada lagi cerita bagaimana rasanya rindu yang tidak tersampaikan. Bagaimana rasanya menunggu. Bagaimana rasanya mendoakan diam-diam. Bagaimana rasanya berpapasan. Bagaimana rasanya bertemu. Syukurlah ALLAH SWT. masih merahasiakan isi hati seseorang dari orang lain. Jika tidak, tentu tidak akan cerita seromantis Ali dan Fatimah, Muhammad dan Khadijah, lalu Saya dan kamu.

Udah ahh.. udah.. nanti baper.. nanti kecewa.. soalnya belum ada sosok "kamu (nya)" jiahhhh...

Saya mengerti ko tentang arti sebuah jarak, Jarak itu seperti titik. Lalu ada spasi. Tanda ada sesuatu yang diakhiri, lalu dipisahkan oleh spasi untuk memulai sesuatu yang baru. Seperti itu jeda.Dibaca dengan jeda, sebuah kediaman sejenak yang menandakan bahwa kalimat itu sudah berakhir entah dengan susunan seperti apa.

“Seindah apapun huruf terukir, dapatkah ia bermakna jika tak ada jeda? Dapatkah ia dimengerti jika tak ada spasi? Bukankah kita baru bisa bergerak ketika ada jarak? Dan menyayangi bila ada ruang?” –Dee

Dengan jarak, kita jadi semakin tahu bahwa untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan, mesti ada banyak hal yang dikorbankan. Bukan hanya materi dan tenaga, tetapi juga waktu.
Bagi saya, waktu adalah salah satu hadiah terindah yang bisa ‘diberikan’ dari seorang manusia kepada manusia lainnya.Kalian tahu mengapa? Sebab ia rela memberikan sebagian jatah hidup ‘miliknya’ yang tak akan pernah kembali hanya untuk mengurus manusia lainnya.
Kita butuh jarak untuk bisa melihat. Jarak membedakan mana orang yang sekadar bicara, dan mana yang perbuatannya nyata. Meski dekat, Ketidakpedulian membuat jarak yang sangat jauh antara mereka dalam tempat yang sangat dekat.

Jarak itu menguji kejujuran , ada banyak hal yang bisa dilkan seseorang karena jarak. Sama halnya dengan kedekatan kita kepada ALLAH SWT., semakin dekat kita dengan ALLAH SWT., maka kita tidak akan berani macam-macam, semakin jauh jarak kita dengan ALLAH SWT., kita akan menganggap-Nya bahkan tidak ada

“Kalau saja jarak itu bisa dilipat hanya dengan sebuah doa, maka Saya hendak mencari tahu doa seperti apa yang bisa melipat menjadi sedemikian rupa dekatnya.
Perjalanan panjang selama ini sama sekali tidak bisa membuat jarak menjadi dekat. Sama sekali tidak membuat perubahan berarti. Tidak ada beda antara satu meter dan seribu kilometer bila diantara kita tetap bukan siapa-siapa. Dan kita masih berjalan sendiri-sendiri.” – kurniawangunadi

Unnccchhh Mas Gun, tulisannya selalu menginspirasi yaa..

Mengenai perasaan yang memudar atau pun tidak itu memang tantangannya, seperti halnya ujian pasangan yang sudah menikah, mereka berusaha bagaimana menjaga perasaan agar tetap tumbuh, agar tetap sama. Tapi itu semua adalah hasil dari sebuah proses menyamakan langkah, meredam ego, merangkai kepercayaan. Dan itu  semua semata-mata atas usaha dari kedua belah pihak agar perasaan itu tetap tumbuh, tetap sama. Yaiyaa lah.. kalo berusaha sendiri, namanya bukan berjuang. Wkwkwk.

Itu buat yang udah halah yaaahhh..
Berarti perasaan yang belum sah pun harus di jaga yah??

“ bagaimana caranya? “ Tanya ku

“Ada dua bentuk menjaga perasaan. yang pertama menjaga perasaan seseorang agar jangan sampai sedih hatinya. Yang kedua menjaga perasaan seseorang agar jangan sampai senang hatinya. Suatu hari kita pasti mengerti ini. Benci dekat dengan cinta. Cinta dekat dengan benci. Di antara keduanya adalah sekat berjudul menjaga perasaan.”  Jawab Kak Mutia 

***
All out, salah satu status yang ditulis Bang Tere saya setuju, walau semua pilihan yang kita ambil itu mengandung konsekuensi, termasuk konsekuensi dalam menunggu dan bersabar. Sama halnya seperti resiko besar dari  memperjuangkan, bisa saja kita tidak mendapatkan apa yang di perjuangkan. Namun, Saya selalu yakin, karena janji ALLAH SWT. itu PASTI, dan hasil tidak akan mengkhianati proses. Tidak akan ada yang sia-sia dalam berjuang, ALLAH SWT. maha melihat segalanya.
Saat kita berjuang nanti, ada yang harus ita tahu. Bahwa perjuangan itu benar-benar akan memakan waktu. Jangan sampai perjuangan itu menjadi sia-sia, maka lakukanlah dengan cara-cara yang terbaik. Karena mengalahkan dirimu sendiri adalah pekerjaan seumur hidup. Ketika kamu bisa melakukannya, kamu akan menjadi orang yang kuat karena mampu mengendalikan dirimu sendiri.

Selamat memperjuangkan.
***

Mohon maaf jika ada pernyataan saya yang berlainan dengan opini perseorangan. Hanya berharap adanya manfaat dan kebaikan yang bisa disampaikan melalui tulisan ini. Dan Saya hanya perempuan biasa yang selalu di liputi ke khawatiran, dan kecemasan. Saya sedang dalam proses memantaskan diri untuk seperti tulisan yang saya buat.
Wallahu’allam.
Insyaa ALLAH,

“Mr. Right won’t distract you from your Lord. If he distances you from Allah, then he is Mr. Wrong!”





MAKALAH : MASYARAKAT PEDESAAN DAN PERKOTAAN

19.20 0 Comments
MASYARAKAT PEDESAAN DAN PERKOTAAN 



Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosial Budaya  






Disusun Oleh :
Ghina Fatimah



PROGRAM STUDI  ADMINISTRASI PUBLIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG
2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.
Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban. Sebagian pakar menganggap masyarakat industridan pasca-industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional.
Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya: berdasarkan urutan kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat bandsuku, chiefdom, dan masyarakatnegara.
Kata society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.

1.2  Rumusan Masalah
      a. Perbedaan Pada Masyarakat Kota dan Desa
      b. Aspek Positif dan Negatif Dari Perbedaan Masyarakat Kota dan Desa
      c. Perbedaan dan Hubungan antara Desa dan Kota
      d. Pendapat Mahasiswa Mengenai Masyarakat Perkotaan dan Desa

1.3  Tujuan Masalah
      a. Untuk mengetahui pengertian dan perbedaan masyarakat desa dan kota
      b. Untuk mengetahui aspek positif dan negatif yang terkandung didalam perbedaan tersebut
      c. Untuk mengetahui perbedaan dan hubungan antara desa dan kota
      d. Agar mahasiswa mengetahui tentantang masyarakat desa dan kota.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan
Masyarakat perkotaan sering disebut urban community.Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Berikut ini adalah beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat kota :
a.  Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa.
b.  Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan atau individu.
c. Pembagian kerja di antara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
d. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa.
e. Interaksi yang terjadi lebih banyak terjadi berdasarkan pada faktor kepentingan dari pada faktor pribadi.
f. Pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu.
g. Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.
Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan sendiri. Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuatsesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga/anggota masyarakat yang sangat kuat yang hakekatnya. Adapun yang menjadi ciri masyarakat desa antara lain :
· Di dalam masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas wilayahnya.
·       Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan.
·       Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian.

2.2  Aspek-Aspek Positif dan Negatif
Beberapa aspek positif dan negatif dari masyarakat pedesaan dan perkotaan adalah sebagai berikut :
·       Bertambahnya penduduk sehingga tidak seimbang dengan persediaan lahan pertanian,
·       Terdesaknya kerajinan rumah di desa oleh produk industri modern.
·   Penduduk desa, terutama kaum muda, merasa tertekan oleh oleh adat istiadat yang ketat sehingga mengakibatkan suatu cara hidup yang monoton.
·       Di desa tidak banyak kesempatan untuk menambah ilmu pengetahuan.
·      Kegagalan panen yang disebabkan oleh berbagai hal, seperti banjir, serangan hama, kemarau panjang, dsb. Sehingga memaksa penduduk desa untuk mencari penghidupan lain dikota.
Hal – hal yang termasuk faktor pendukung antara lain :
·   Penduduk desa kebanyakan beranggapan bahwa dikota banyak pekerjaan dan lebih mudah untuk mendapatkan penghasilan.
· Dikota lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan usaha kerajinan rumah menjadi industri kerajinan.
·       Pendidikan terutama pendidikan lanjutan, lebih banyak dikota dan lebih mudah didapat.
·  Kota dianggap mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan merupakan tempat pergaulan dengan segala macam kultur manusianya.
·       Kota memberi kesempatan untuk menghindarkan diri dari kontrol sosial yang ketat atau untuk mengangkat diri dari posisi sosial yang rendah ( Soekanti, 1969 : 124-125).

2.3  Perbedaan dan Hubungan antara Desa dan Kota
1. Perbedaan Desa dan Kota
Ada beberapa ciri yang dapat membedakan antara desa dan kota. Beberapa ciri ini dapat membantu mengurangi kesulitan dalam menentukan apakah suatu masyarakat dapat disebut masyarakat kota atau masyarakat desa. Ciri-ciri yang dimaksud adalah sebagai berikut :
·       Jumlah dan kepadatan Penduduk
·       Lingkungan Hidup
·       Mata Pencaharian
·       Pola Interaksi Sosial
·       Statifikasi Sosial
·       Corak Kehidupan Sosial
·       Mobilitas Sosial
·       Solidaritas Sosial
·       Kedudukan dalam hierarki Sistem Administrasi Nasional

2.    Hubungan Desa dan Kota
            Desa dan kota dapat dikatakan memiliki hubungan yang erat. Hubungan ini terjadi karena adanya saling ketergantungan dalam  memenuhi kebutuhan sehari-hari. Salah   satu contohnya adalah kota yang tergantung     pada   desa  dalam  memenuhi  kebutuhan bahan-bahan pangan seperti beras, sayur, daging,  dan ikan. Selain itu, kota juga membutuhkan sumber tenaga kerja kasar yang  biasanya  diambil  dari pedesaan karena mereka biasanya bekerja secara musiman. Biasanya  jika  musim  tanam  mereka  bekerja  di sawah dan pada saat menunggu masa panen mereka merantau ke kota.
           Tidak hanya dalam  hal   kebutuhan  sehari-hari  untuk masyarakat perkotaan, masya rakat pedesaan juga membuuhkan barang-barang dari   kota seperti   pakaian dan alat-alat pertanian. Kota juga menyediakan tenaga kerja untuk desa seperti tenaga   kerja yang melayani di bidang kesehatan, elektronika dan alat transportasi.

2.4  Pendapat Mahasiswa Tentang Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan

Dari pengertian dan ciri-ciri di atas terlihat beberapa perbedaan antara masyarakat kota dan masyarakat pedesaan. Hal ini dapat disebabkan dari pola pikir dan lingkungan tempat mereka tinggal. Orang kota  pada umumnya terlihat seperti manusia yang lebih mementingkan kepentingan perorangan atau individu dapat terjadi karena faktor masyarakat kota yang banyak menghabiskan waktu dengan pekerjaannya di kantor. Waktu kerja yang panjang, dari pagi hingga sore bahkan ada yang sampai malam dapat menyebabkan kurangnya rasa sosialisasi antar individu. Sedangkan pada masayarakat pedesaan masih terlihat adanya rasa kekeluargaan karena ruang lingkup kehidupan mereka yang tidak terlalu luas seperti kota dan masyarakat pedesaan umumnya memiliki pekerjaan yang tidak terlalu memakan waktu banyak, sehingga mereka dapat bersosialisasi dan mempererat kekeluargaan antar masayrakat pedesaan tersebut.

BAB III
PENUTUP

Manusia menjalani  kehidupan didunia ini tidaklah bisa hanya mengandalkan dirinya sendiri dalam artian butuh bantuan dan pertolongan orang lain , maka dari itu manusia disebut makhluk sosial, sesuai dengan Firman Allah SWT yang artinya : “ Wahai manusia! Sungguh Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal (bersosialisasi).….” (Al-Hujurat :13 ). Oleh karena itu kehidupan bermasyarakat hendaklah menjadi sebuah pendorong  atau sumber kekuatan untuk mencapai cita-cita kehidupan yang harmonis, baik itu kehidupan didesa maupun diperkotaan. Tentunya itulah harapan kita bersama, tetapi fenomena apa yang kita saksikan sekarang ini, jauh sekali dari harapan dan tujuan pembangunan Nasional negara ini, kesenjangan Sosial,  yang kaya makin Kaya dan yang Miskin tambah melarat , mutu pendidikan yang masih rendah, orang mudah sekali membunuh saudaranya (dekadensi moral ) hanya karena hal sepele saja, dan masih banyak lagi fenomena kehidupan tersebut diatas yang kita rasakan bersama, mungkin juga fenomena itu ada pada lingkungan dimana kita tinggal.
Sehubungan dengan itu, barangkali kita berprasangka atau mengira fenomena-fenomena yang terjadi diatas hanya terjadi dikota saja, ternyata problem yang tidak jauh beda ada didesa, yang kita sangka adalah tempat yang aman, tenang  dan berakhlak (manusiawi), ternyata telah tersusupi oleh kehidupan kota yang serba boleh dan bebas itu disatu pihak masalah urbanisasi menjadi masalah serius bagi kota dan desa, karena masyarakat desa yang berurbanisasi ke kota menjadi masyarakat marjinal dan bagi desa pengaruh urbanisasi menjadikan sumber daya manusia yang produktif di desa menjadi berkurang yang membuat sebuah desa tak maju bahkan cenderung tertinggal.

DAFTAR PUSTAKA


Senin, 05 Juni 2017

Menunggu: Tak Selamanya Semembosankan Itu…

10.56 0 Comments


“Patience is not the ability to wait. Waiting is a fact of life. Patience is the ability to keep a good attitude while waiting” (Joyce Meyers)
Setiap orang pasti pernah mengalami masa menunggu. Mulai dari menunggu yang simpel seperti menunggu antrian, menunggu bus atau kereta datang, hingga menunggu jodoh datang (cie cieee…). Ada begitu banyak catatan deretan tunggu yang kita lakukan dalam hidup.
Yang baru lulus kuliah, kita menunggu datangnya panggilan kerja.
Yang ingin melanjutkan sekolah ke universitas ternama, menunggu keputusan diterima, atau mungkin menunggu keputusan beasiswa, atau bahkan keduanya.
Yang masih single (uhuk2), menunggu datangnya pinangan ke KUA.
Yang sudah menikah, menunggu kedatangan buah hati pertama.
Yang sudah Allah rezekikan mengandung anak pertama, menunggu kelahiran buah hati tercinta.
Begitupun saat kita menunggu terkabulnya setiap bait-bait doa dari lisan yang meminta. Entah kecukupan rezeki, anak yang shalih dan shalihah, diberi kesembuhan penyakit, kelapangan berhaji menuju rumah-Nya yang mulia, membahagiakan orang tua, dan seterusnya, dan seterusnya…
Semua adalah rentetan penantian dalam hidup kita. Deretan list tunggu yang menghiasi diary keseharian kita.
Bukan, bukan masalah menunggunya! Karena ia adalah sesuatu yang pasti dan memang harus dijalani. Namun, yang harus digarisbawahi adalah attitude kita saat menunggu, apakah diiringi ragu dan gerutu, atau tetap bersabar meyakini rezeki dari-Nya tidak akan tertukar. Maka untukmu yang masih terjatuh dalam ragu, marilah kita mengingat kembali kisah keluarga Imran yang mulia. Dengan kesabarannya menunggu Allah mengabulkan doa akan seorang anak yang didamba. Marilah kita sama-sama berkaca kepada Nabi Zakaria. Yang di usia rentanya tak berputus asa terhadap Rabb-Nya yang Sempurna. Dan teringatlah kita dengan kukuhnya taqwa, saat beliau menegaskan dalam pinta, “Sungguh aku tidak pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu duhai Rabb-ku”. Begitu tunduk khusyuk menyelami makna seorang hamba.
Sejauh manakah iman kita mampu menempa sabar, saat doa masih Allah tangguhkan dan belum jelas terlihat jawaban. Sejauh manakah kita mampu berbaik sangka akan kebesaran-Nya, tatkala usaha dan penantian kita belum membuahkan hasil yang nyata. Sejauh manakah kita mampu mempertahankan taqwa, saat derasnya cobaan dari-Nya terus mengalir mengisi masa. Maka ingatlah ini duhai diriku dan saudara/iku…
“Tak perlu lah ku ragu, karena skenario terindah-Nya yang selalu iringi jalan berliku. Seringkali dikabulkan dalam sekejap waktu, sesekali menunggu, sesekali digantikan dengan yang lebih bermutu. Terus begitu… Karena cinta-Nya tak pernah lekang tergilas waktu. Kian membersamai hati-hati syahdu yang begitu yakin akan kebesaran Sang Maha Pemilik Kalbu…
Eh eh, ini koq jadi agak sentimentil postingannya, hehe… 😀 Masih terkait dengan menunggu, ada satu hal lagi yang ingin saya bagi. Setiap orang pasti menunggu, tapi ada yang membedakan output dari menunggunya setiap orang. Ada yang menunggunya “menghasilkan” ada juga yang menunggunya “tidak membuahkan”. Bedanya apa? Perbedaannya terletak pada apa yang dikerjakan pada saat menunggu. Ada tipikal orang yang terus bergerak dalam masa penantian, ada pula yang terlarut dalam kesia-siaan.
Maka saya selalu menanamkan dalam ingatan, jadikanlah waktu luang sebagai musuh terbesar! Karena jika tidak kita manfaatkan dalam kebaikan, ia akan menyeret kita kepada kemaksiatan atau seminimal-minimalnya, kepada kesia-siaan. Masih teringat akan kesibukan saya saat di masa SMA dan kuliah S1 (aduh berasa tua :D). Rasanya tiada hari tanpa agenda. Justru merasa ada yang aneh jika bisa diam di rumah. Hingga pernah saat saya bekerja, mungkin hari libur saya hanya total 7 hari dalam 1 tahun, iya benar 1 tahun, itupun saat lebaran 😀 Saat menikah, 3 hari setelah menikah saya langsung kembali bekerja. Honeymoon? Tidak terpikirkan, cuma bisa nebeng saat ada kerjaan kantor dinas keluar (ini ga niat apa emang ga modal, hihi).
Point nya? Marilah kita mengisi penantian kita dengan produktivitas. Yang menunggu panggilan kerja, yuk disambi bantu orang tua, atau sekedar berkontribusi untuk masyarakat sekitar. Yang menunggu kelulusan sarjana, yuk sembari mengukir prestasi dan kebermanfaatan dalam organisasi. Yang masih jadi jomblowan dan jomblowati, yuk terus perbaiki diri, hingga saat sang kekasih hadir menemani, pribadi shalih/ah lah yang kan hiasi diri. Yang menunggu anak-anak besar menjadi shalih/ah, yuk kita terus mengkaji kalam-Nya melalui kajian majelis taklim mingguan atau sekedar kajian online. Intinya mah, marilah kita menunggu, tapi menunggu yang bukan sembarang menunggu, menunggu dengan terus mengukir kebaikan dan melakukan perbaikan seiring waktuMenunggu yang menjadikan kita semakin dekat dengan keridhoan Rabb yang dituju.
Ngomong-ngomong ini kenapa sih kita ngomongin masalah nunggu? Ini mah sebenarnya curhatan saya sekaligus catatan penguat hati pribadi. Agar “menunggu” yang dijalani tidak sekedar menunggu yang hiasi hari. Saat S3 saya agak mandek karena harus menunggu. Menunggu kerja orang lain selesai, baru saya bisa melakukan analisis lanjutan. Maka dalam kondisi yang sebenarnya kurang nyaman, saya coba sibukkan diri saya dengan lain-lain pencapaian *sampai supervisor saya kebingungan, ini koq rajin amat nanya kerjaan 😀 Sama halnya seperti saya mengisi bulan “kosong” saya yang lalu dengan menulis draft untuk buku. Karena saya selalu meyakini, selalu ada hikmah yang Allah beri dalam setiap jeda waktu tungguentah kesabaran, menguji keimanan, atau sekedar memberi ruang untuk mengukir amal. Bukankah sering kita rasakan begitu banyaknya kejutan dari Ar-Rahman di tengah-tengah masa penantian? Maka merunduk syukurlah dalam tunggu dan harapmu. Merenda amal-lah dalam sabarmu. Semoga Allah senantiasa menjaga diri-diri kita dari kelalaian. Semoga hanya rentetan amalan baik yang menghiasi daftar tunggu kita dalam keseharian.
Aaah… bisa dibilang, hidup ini pun sebenarnya menunggu. Menunggu ajal datang dan datangnya hari kebangkitan. Menunggu segala amal perbuatan ditimbang, berharap rahmat-Nya kan mengantar kaki lemah ini menuju surga yang diidamkan. Teringat perkataan seorang adik tersayang,
“Dengan menunggu, Allah hendak mengajarkan kita agar lebih bijaksana terhadap waktu.
Maka pertanyaannya, bukan seberapa panjang waktu tunggu, tapi apa yang bisa kita lakukan di ruang tunggu.” (SL)
Sumber : Dewi Nur Aisyah